Menurut Galati dan Melvin, dana
pensiun, perusahaan asuransi, reksadana dan investor institusional adalah
merupakan pemain yang memiliki peran besar dalam pasar keuangan secara umum dan
khususnya pasar valuta asing sejak dekade 2000-an.
Bank
Pasar uang antar bank (PUAB) memenuhi
kebutuhan mayoritas dari perputaran uang di dunia usaha serta kebutuhan dari
transaksi para spekulan setiap harinya yang dapat mencapai nilai triliunan
dollar. Beberapa transaksi dilaksanakan untuk dan atas nama nasabahnya, tetapi
sebagian besar adalah untuk kepentingan pemilik bank ataupun untuk kepentingan
bank itu sendiri.
Hingga saat ini, pialang valuta asing
adalah merupakan pelaku perputaran valuta dalam jumlah yang besar,
memfasilitasi perdagangan PUAB dan mempertemukan penjual dan pembeli untuk
"upah" (fee) yang kecil. Namun saat ini banyak bisnis valuta asing
ini yang beralih kepada suatu sistem elektronis yang lebih efisien seperti
misalnya EBS (sekarang dimiliki oleh ICAP), Reuters Dealing 3000 Matching (D2),
the Chicago Mercantile Exchange, Bloomberg dan TradeBook(R)
Dunia usaha
Salah satu pemeran pasar valuta asing
ini adalah adanya kebutuhan dari aktivitas perusahaan dalam melakukan
pembayaran harga barang ataupun jasa dalam mata valuta asing. Kebutuhan mata
valuta asing dari suatu perusahaan seringkali hanya kecil nilainya dibandingkan
dengan kebutuhan dari bank dan spekulan dan perdagangan valuta asing yang
dilakukannya seringkali hanya membawa dampak yang kecil sekali bagi nilai pasaran
kurs mata uang. Meskipun demikian arus perdagangan valuta asing dari
perusahaan-perusahaan ini dalam jangka panjangnya merupakan faktor yang penting
bagi arah nilai tukar suatu mata uang. Transaksi beberapa perusahaan
multinasional dapat membawa akibat yang tidak terduga sewaktu mereka menutup
posisi (posisi jual ataupun beli) yang amat besar sekali dimana transaksi ini
tidak diketahui secara luas oleh para pemain pasar.
Bank sentral
Bank sentral suatu negara memegang
peran yang amat penting dalam pasar valuta asing. Bank sentral ini senantiasa
berupaya untuk mengendalikan suplai uang, inflasi, dan ataupun suku bunga
bahkan seringkali mereka memiliki suatu target baik resmi maupun tidak resmi
terhadap nilai tukar mata uang negaranya. Seringkali bank sentral ini
menggunakan cadangan devisanya untuk menstabilkan pasar.
Dengan ekspektasi pasar ataupun isu
tentang intervensi yang dilakukan oleh bank sentral belaka telah cukup untuk
menstabilkan kurs mata uang setempat, tetapi intervensi yang agresif dilakukan
beberapa kali dalam setiap tahunnya pada suatu negara yang kurs mata uangnya
bergejolak.
Berbagai sumber dana yang ada di
pasaran valuta asing apabila disatukan dapat dengan mudah
"mempermainkan" bank sentral (menarik atau menjual mata uang dalam
jumlah yang sangat besar sekali sehingga bank sentral tidak mampu lagi
melakukan intervensi) dimana skenario ini nampak pada tahun 1992-1993 dimana
mekanisme nilai tukar Eropa ( European Exchange Rate Mechanism - ERM) mengalami
kejatuhan serta beberapa kali jatuhnya nilai tukar mata uang di Asia Tenggara.
No comments:
Post a Comment