Monday 29 November 2010

Dollar Terus Menguat di Tengah Kekhawatiran Euro

AntaraNews

Washington (ANTARA News/AFP) - Kesulitan utang Eropa terus mendominasi pasar mata uang pada Jumat waktu setempat, dengan dolar meningkat terhadap mata uang tunggal Eropa.

Euro merosot menjadi 1,3247 dolar pada sekitar 2100 GMT (Sabtu 0400 WIB), dari 1,3360 dolar pada Kamis, sementara greenback jatuh terhadap mata uang Jepang menjadi 84,07 yen terhadap 84,82 yen sehari sebelumnya.
Kekhawatiran tentang utang zona euro dan ketegangan di Semenanjung Korea mendominasi pasar lagi, dengan kedua kekhawatiran menyebabkan pelarian terhadap dolar - yang dipandang kurang berisiko daripada sebagian besar mata uang lainnya.
Sebuah "bailout" (dana talangan) besar Irlandia sejauh ini tidak mampu untuk menenangkan pasar keuangan, yang mana sekarang ada kekhawatiran bahwa Portugal dan Spanyol, juga kesulitan untuk menutup defisit publik yang menganga, akan mengikuti jejak Irlandia dan meminta bantuan luar.
"Fakta bahwa negosiasi dengan Irlandia tampaknya akan berjalan dengan baik tidak tampak mengambil tekanan dari euro," kata analis di Commerzbank.
"Sudah jelas bahwa pasar telah pindah dari Irlandia dan sekarang berkonsentrasi pada Portugal dan Spanyol."
Pada akhir perdagangan New York, pound jatuh ke 1,5589 dolar, dari 1,5761 dolar pada Kamis.
Dolar naik sedikit menjadi 1,0030 franc Swiss dari 1,0006. (A026/K004)

Tuesday 23 November 2010

Jalatama Arhta Berjangka

 DEFINITION AND ACTIVITY
Perdagangan Berjangka adalah suatu sistem perdagangan yang dilakukan dalam bentuk perdagangan kontrak standar; meliputi komoditi, valuta asing, dan index saham; yang dapat diperjual-belikan sebelum kontrak tersebut jatuh tempo. Kontrak dapat diperjual-belikan berulang kali melalui JALATAMA sebelum jatuh tempo penyerahan barang sesuai dengan keinginan pelaku pasar.

Aktivitas Perdagangan Berjangka
  • Dilaksanakan berdasarkan perlindungan UU No. 32 Tahun 1997
  • Dilaksanakan di Bursa Berjangka Jakarta dan bursa-bursa luar negeri yang terdaftar.
  • Melalui JALATAMA sebagai pialang berjangka yang sudah mendapat izin operasional dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi/BAPPEBTI (DEPERINDAG).
  • Dijamin oleh PT. Kliring Berjangka Indonesia (PERSERO-DEPKEU). Tujuannya untuk memastikan tidak ada pihak yang dirugikan jika salah satu pihak gagal memenuhi kewajibannya.
  • Dana jaminan ditempatkan pada Segregated Account (Rekening Terpisah) di BANK yang ditunjuk oleh Pemerintah.

Thursday 18 November 2010

Jalatama Artha Berjangka

Member and Shareholder of The Jakarta Futures Exchange
Member of The Indonesian Derivatives Clearing House

Sebagai salah satu pendiri dan sekaligus pemegang saham dari Bursa Berjangka Jakarta,JALATAMA selalu selangkah di depan dalam industri perdagangan berjangka. Dalam hal sumberdaya manusia, JALATAMA dipimpin oleh personal-personal yang memiliki integritas tinggi di bidang industri ini baik nasional maupun internasional. Dengan berbekal pengalaman belasan tahun, kami siapkan pusat-pusat kajian, pelatihan, dan konsultasi. Selain itu, dengan tenaga-tenaga profesional bersertifikasi internasional serta ditopang tekologi informasi terkini dan backoffice handal, kami siap melayani setiap nasabah kami di manapun berada. Informasi yang tepat waktu serta keakuratan menjadi point prioritas kami. Link-up kami dengan bursa-bursa internasional baik di Eropa, Amerika maupun Asia membuat para nasabah kami memiliki akses pasar yang sangat luas di era yang global ini. Ini merupakan wujud dari kesiapan kami memberi yang terbaik, tercepat, terakurat bagi nasabah kami baik individual maupun institusional.


PT. Jalatama Artha Berjangka
Kantor Pusat:
Wisma 46 Kota BNI
Jl. Jend. Sudirman Kav.1
Jakarta 10220
Telp: (62-21) 5747522
Fax: (62-21) 5747523
Kantor Cabang:
Kantor Cabang Wisma 46 Kota BNI
Jl. Jend. Sudirman Kav.1 Jakarta 10220
Telp: (62-21) 5747522
Fax: (62-21)5747523

Kantor Cabang Manado
Ruko Megamas Blok1 D1 No.7 Jl. Piere Tendean Boulevard manado 95111
Telp: (62-431)879755
Fax: (62-431)879756

Kantor Cabang Menara Prudential
Prudential Tower Unit 1 Lt.22 Jl. Jend. Sudirman Kav.79 Jakarta 12910
Telp: (62-21)5795699
Fax: (62-21)57957650

Tuesday 16 November 2010

Perang Kurs Selesai dengan Kompromi

Okezone
TOKYO - Para pemimpin negara-negara G20 akhirnya sepakat mencari solusi bersama untuk mengakhiri perang kurs dan ketimpangan perdagangan global, dua isu utama yang menjadi perdebatan alot selama konferensi yang berlangsung 11-12 November di Gedung Convention and Exhibition (COEX), Seoul.
Perseteruan antara Amerika Serikat dengan China dan Jerman mereda, mereka sepakat membentuk tim yang menyusun panduan indikator untuk mengukur ketimpangan perdagangan. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang mengikuti proses perundingan mengatakan, tim tersebut beranggotakan semua negara G20 dan diharapkan merampungkan tugasnya tahun depan. Tim tersebut tidak berada di bawah koordinasi Dana Moneter Internasional sesuai usulan AS karena penolakan China dan Jerman.
"Perang kurs akhirnya terselesaikan dengan kompromi karena isu bisa membuat G20 pecah. Solusinya mereka ada working group on macro economic framework. Working group ini harus menghasilkan gudielines indikator untuk mengukur keadaan imbalance atau tidak dan apa yang harus dilakukan," kata Mari saat berbincang-bincang dengan wartawan di Hotel The Prince Park Tower, Tokyo, Jumat (12/11/2010).
Mari memberikan keterangan karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum sempat berbicara kepada pers. Usai konferensi di Seoul, Presiden beserta rombongan  langsung bertolak ke Jepang guna menghadiri KTT APEC besok.
Lebih lanjut, Mari menjelaskan, indikator ketimpangan tersebut tidak dibuat secara kuantitatif sebagaimana usulan AS. Sebelumnya, AS mengusulkan agar negara G-20 membatasi surplus atau defisit neraca perdagangannya dengan kuantitatif misalnya beberapa persen dari Produk Domestik Bruto. Namun, Jerman dan China, dua negara tersurplus menolak hal itu.
Perang kurs memanas setelah kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, menyuntikkan dana USD600 miliar ke pasar menjelang KTT G20 berlangsung. Sejumlah negara dan juga mantan Gubernur The Fed Alan Greenspan curiga, kebijakan itu disengaja agar kurs dolar merosot untuk mendorong kenaikan ekspor. Namun, kecurigaan tersebut ditepis oleh Menteri Keuangan AS Timothy Geithner.
"Ya enggak mungkin mengakuilah. Tapi kita tahu maksudnya," kata Mari.(wdi)