Okezone
TOKYO - Para pemimpin negara-negara G20 akhirnya sepakat mencari solusi bersama untuk mengakhiri perang kurs dan ketimpangan perdagangan global, dua isu utama yang menjadi perdebatan alot selama konferensi yang berlangsung 11-12 November di Gedung Convention and Exhibition (COEX), Seoul.
Perseteruan antara Amerika Serikat dengan China dan Jerman mereda, mereka sepakat membentuk tim yang menyusun panduan indikator untuk mengukur ketimpangan perdagangan. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang mengikuti proses perundingan mengatakan, tim tersebut beranggotakan semua negara G20 dan diharapkan merampungkan tugasnya tahun depan. Tim tersebut tidak berada di bawah koordinasi Dana Moneter Internasional sesuai usulan AS karena penolakan China dan Jerman.
"Perang kurs akhirnya terselesaikan dengan kompromi karena isu bisa membuat G20 pecah. Solusinya mereka ada working group on macro economic framework. Working group ini harus menghasilkan gudielines indikator untuk mengukur keadaan imbalance atau tidak dan apa yang harus dilakukan," kata Mari saat berbincang-bincang dengan wartawan di Hotel The Prince Park Tower, Tokyo, Jumat (12/11/2010).
Mari memberikan keterangan karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum sempat berbicara kepada pers. Usai konferensi di Seoul, Presiden beserta rombongan langsung bertolak ke Jepang guna menghadiri KTT APEC besok.
Lebih lanjut, Mari menjelaskan, indikator ketimpangan tersebut tidak dibuat secara kuantitatif sebagaimana usulan AS. Sebelumnya, AS mengusulkan agar negara G-20 membatasi surplus atau defisit neraca perdagangannya dengan kuantitatif misalnya beberapa persen dari Produk Domestik Bruto. Namun, Jerman dan China, dua negara tersurplus menolak hal itu.
Perang kurs memanas setelah kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, menyuntikkan dana USD600 miliar ke pasar menjelang KTT G20 berlangsung. Sejumlah negara dan juga mantan Gubernur The Fed Alan Greenspan curiga, kebijakan itu disengaja agar kurs dolar merosot untuk mendorong kenaikan ekspor. Namun, kecurigaan tersebut ditepis oleh Menteri Keuangan AS Timothy Geithner.
"Ya enggak mungkin mengakuilah. Tapi kita tahu maksudnya," kata Mari.(wdi)
No comments:
Post a Comment